Kamis, 15 Juni 2017

Minka dan Buah Atap (Kompas Klasika 27 November 2016)

Cernak ini dimuat di Kompas Klasika edisi 27 November 2016
"Gula putih, kayu manis, daun pandan dan daun jeruk. Sudah kamu catat?” ulang Ibu.

Minka mengangguk. Minka membaca kembali daftar belanja yang akan Ibu beli di Pasar Antri, Cimahi.

"Jangan lupa, pewarna makanan," tambah Ibu.

"Ibu mau buat apa?" Minka bertanya penasaran.

Ibu senang membuat makanan. Suka mencoba resep-resep baru. Minka selalu suka mencoba hasil masakan Ibu. Meskipun bentuknya tidak sesuai dengan gambar di buku resep atau internet.

"Ibu mau bikin manisan buah atap."

Manisan buah atap? Wah, makanan apa itu? Minka menatap Ibu minta penjelasan, tapi Ibu menggeleng.

Di sekolah, Minka cerita tentang manisan buah atap pada Malea dan Kane.

"Memangnya ibumu sakit tulang sendi?" tanya Malea.

Minka menggeleng.

"Kalau gitu, mungkin ayah kamu?" tanya Malea lagi.

"Ayah dan ibuku sehat-sehat saja, kok," tegas Minka.

"Mamiku selalu membuat manisan buah atap untuk omaku. Mamiku bilang, buah atap sangat baik untuk kesehatan tulang dan sendi omaku. Omaku sudah tidak kuat kalau banyak jalan."

"Oh. Jadi, buah atap itu sejenis obat, bukan makanan, ya?" tanya Minka kemudian.

"Bundaku selalu membuat kolak pisang dicampur buah atap," cetus Kane.

"Wah, bisa dibuat kolak juga, ya? Apa enak?" Minka menatap Kane antusias.

Malea dan Kane saling bertatapan, kemudian terkikik mendengar pertanyaan Minka.

"Bukannya kamu paling suka kolak pisang dengan buah atap?" Kane balik bertanya. Minka memang aneh, nama makanan kesukaannya pun tidak tahu.

"Iya. Buktinya setiap beli bajigur dan es buah kamu selalu minta buah atapnya ditambah lagi," timpal Malea sembari geleng-geleng kepala.

Sesaat, Minka cuma terdiam, lalu ikut tertawa geli.

Warnanya cantik sekali. Merah berkilau. Sangat mengundang selera. Untuk kesekian kalinya Minka menelan ludah.

"Manisan buah atap, Bu?" tanya Minka.

Ibu mengangguk.

"Jadi, buah atap nama lain dari kolang kaling kesukaan Minka, ya Bu?"

"Seratus buat Minka," puji Ibu seraya mengacungkan jempolnya.

"Besok kita ke rumah nenek."

"Asyik!" Minka melompat senang. Sudah lama mereka tidak mengunjungi nenek. Nenek juga sudah lama tidak berkunjung. Apa mungkin Nenek…? Minka ingat percakapannya dengan Malea tentang omanya yang sudah tidak kuat berjalan.

"Apa Nenek sakit, Bu? Dan, manisan buah atap ini untuk Nenek?"

"Nenek sudah tua, sudah tidak kuat melakukan perjalanan jauh. Tulang dan persendiannya sudah mulai rapuh dan nyeri," Ibu berusaha memberi penjelasan.

"Karena itu Ibu membuat manisan buah atap sebanyak ini?" Minka melirik manisan buah atap di wadah plastik bertutup.

"Iya. Oleh-oleh buat nenek. Lansia tidak boleh makan sembarangan."

Minka manggut-manggut.

"Untuk Minka sudah Ibu sisihkan di kulkas," Ibu tersenyum melihat ekspresi wajah Minka.

"Buah atap memang enak, Bu. Dicampur es buah, bajigur atau dibuat kolak pisang, Minka enggak pernah bisa menolaknya."

Minka berjanji akan belajar membuat manisan buah atap pada Ibu. (@analydiap07)

Hikmah Cerita:
Kenali dan cari tahu makanan yang kita makan dan manfaatnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar