Senin, 26 Oktober 2015

Ponyo on the Cliff by the Sea (Review Film)

Sekuat apa pun usaha Fujimoto menentang keinginan Brunhilde (seekor ikan mas) untuk menjadi manusia, sekuat itu pula keinginan sang anak untuk menjadi manusia. Keinginan itu timbul karena Brunhilde telah mencicipi darah Sosuke, seorang anak laki-laki berumur lima tahun, anak dari pasangan Koichi (seorang kapten kapal) dan Lisa (perawat di sebuah panti jompo).

Pertemuan dan pertemanan singkat antara Sosuke dan Brunhilde berawal ketika Brunhilde terjebak di dalam sebuah botol yang terapung di tepi laut. Untuk membebaskan Brunhilde dari botol itu, Sosuke memecahkannya dengan menggunakan batu sehingga menyebabkan jempolnya terluka. Darah dari luka itulah yang Brunhilde jilat sehingga sembuh.

Ternyata, Brunhilde bukanlah ikan mas biasa. Ia bisa berbicara dan memiliki kekuatan magis. Lalu, Sosuke memberi nama ikan mas itu Ponyo. Pertemuan singkat itu telah mendekatkan mereka. Membuat mereka merasa saling memiliki dan menyayangi.


Namun, sang ayah (Fujimoto) yang mantan manusia, membawa kembali Ponyo ke lautan. Mengurung Ponyo dan menggunakan kekuatan ramuan sihirnya agar bisa menghalangi Ponyo menjadi manusia. Fujimato sangat membenci manusia karena menurut Fujimoto, manusia penyebab polusi dan perusak kehidupan di laut.

Dengan bantuan adik-adiknya (sekumpulan ikan mas), Ponyo berhasil melarikan diri, lalu menggunakan ramuan sihir sang ayah sehingga ia memiliki kekuatan yang besar. Tujuan utama Ponyo setelah menjadi manusia adalah menemui Sosuke. Sementara itu, Sosuke pun sangat murung karena kehilangan Ponyo.


Ponyo tidak menyadari bahwa kekuatan yang ia miliki telah menyebabkan ketidakseimbangan alam. Air laut menjadi meluap, badai dan gelombang besar membuat kapal-kapal bertumpuk seperti gunung sehingga mengakibatkan aliran listrik dan telepon menjadi mati. Orang-orang harus mengungsi mencari tempat yang aman karena daratan dipenuhi oleh air laut, layaknya Tsunami. Sementara Ponyo sendiri merasa sangat senang karena bisa bertemu lagi dengan Sosuke dan tinggal di rumahnya.

Merasa tidak bisa mengatasi kekacauan yang dibuat Ponyo, Fujimoto meminta bantuan sang istri yaitu Gran Mamare, seorang dewi laut. Maka, setelah mengatasi kekacauan yang dibuat Ponyo, Gran Mamare membuat kesepakatan dengan Lisa. Jika Ponyo ingin menjadi manusia untuk selamanya, Sosuke harus mengasihi Ponyo seperti Ponyo mengasihi Sosuke. Sosuke harus menerima Ponyo apa adanya. Baik Ponyo sebagai ikan, manusia atau setengah ikan dan manusia. Bila tidak, Ponyo akan kembali menjadi buih, dari mana ia berasal. Hal yang tidak diinginkan Fujimota. Sosuke pun menyanggupinya dan berjanji akan menerima Ponyo apa adanya. Selain itu, Ponyo pun harus bersedia menyerahkan kekuatannya.

Ada banyak pesan moral yang disampaikan dalam film ini. Tentang ketulusan, kasih sayang, saling memiliki, peduli akan sesama dan juga tentang kelestarian lingkungan hidup di lautan.

Bagi pencinta film animasi produksi Studio Ghibli, tentunya sudah tidak aneh lagi dengan alur cerita pada setiap film produksinya. Di film ini pun kita akan melihat, ada begitu banyak kejadian yang tidak masuk akal dan di luar nalar. Perpaduan antara dunia nyata dan fantasi. Namun, itulah yang menarik dari film-film produksi Studio Ghibli. Penuh imajinasi liar, fantasi tingkat tinggi, alur yang tidak biasa serta tokoh utamanya hampir selalu anak-anak atau remaja. Yang pasti, selalu sarat akan pesan moral. Apalagi didukung oleh gambar yang memukau (meskipun menggunakan media 2 dimensi). Di film ini, kita bisa melihat kehidupan di dasar laut yang sangat memanjakan mata. Film ini pun sangat cocok ditonton oleh seluruh keluarga. Sangat menghibur, menyentuh, dan meninggalkan kesan yang mendalam di benak penontonnya.

Buat saya pribadi, Ponyo itu lucu dan menggemaskan. Dengan ember di tangan, lampu di kepala dan handuk di pundak, membuat saya sulit menahan senyum. Cara dia berbicara dan mengulang kalimat yang sama, terlihat polos dan jujur. Saat Ponyo tidur pun manis sekali (tidak memilih tempat he he he).

Salut untuk Hayao Miyazaki, sang sutradara sekaligus penulis cerita dan skenarionya. Dari ide yang sederhana, tercipta karya yang luar biasa. Film ini pun sukses memperoleh beberapa penghargaan. Sejak Spirited Away, saya jatuh cinta berat dengan film-film Studio Ghibli. Yang saya sesalkan, saya tidak bisa menulis cerita anak atau dongeng seperti beliau. Hiks.

Ponyo on the Cliff by the Sea (Gake no Ue no Ponyo) adalah film yang terlalu memukau untuk dilewatkan. Cerita tentang ketulusan mengasihi yang manis dan menyentuh, membuat kita tersenyum lega saat cerita berakhir. ♡♡♡

Selamat menonton! Yang belum punya filmnya, silakan cari di internet.* (@analydiap07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar